Bedah Buku Memangkas Birokrasi Karya Dr. Aidir Amin Daud, S.h., M.h.

Bedah Buku Memangkas Birokrasi karya Dr. Aidir Amin Daud, S.H., M.H.

Fakultas Hukum Unhas bekerja sama dengan media online KabarMakassar.com mengadakan kegiatan Bedah Buku berjudul Memangkas Birokrasi yang merupakan buku seri kedua dari karya Dr. Aidir Amin Daud, S.H., M.H., pada Jumat (15/3) di Ruang Promosi Doktor Prof. Dr. Mr. Andi Zainal Abidin Farid FH-UH sebagai apresiasi terhadap tokoh Sulsel dan juga dosen Fakultas Hukum Unhas Dr. Aidir Amin Daud, S.H., M.H., selama menjabat di Kementerian Hukum dan HAM selama 12 tahun.


Kegiatan Bedah Buku ini menghadirkan narasumber yakni Bupati Bantaeng Dr. H. Ilham Syah Azikin, M.Si., Direktur Amnesty Internasional Indonesia Usman Hamid, S.H., M.Phil., Anggota Majelis Wali Amanat Universitas Hasanuddin Prof. Dr. Syamsul Bachri, S.H., M.S., dan Ketua Departemen Hukum Internasional FH-UH  Dr. Iin Karita Sakharina, S.H., M.A., sebagai pemantik serta sebagai moderator CEO PT. Kabar Grup Indonesia Upi Asmaradhana.

Usman Hamid, S.H., M.Phil., dalam pemaparannya mengatakan bahwa Fakultas Hukum dan Indonesia mestinya berbangga hati atas sosok dan kiprah  Aidir Amin Daud selama ini. Beliau adalah sosok teknokrat pembebas yang sangat susah dicari di era pemerintahan saat ini. Aidir ini adalah salah satu sosok pemimpin yang dimiliki Kawasan Timur Indonesia saat ini dan patut diperhitungkan di pentas nasional. Aidir seharusnya diberi ruang dan mendapat tempat sebagai salah satu pemimpin dari timur Indonesia. Usman Hamid berharap Aidir bisa terus berkarya, sehingga namanya tidak tenggelam di pentas nasional.

Dr. H. Ilham Syah Azikin, M.Si., menyampaikan bahwa awalnya ia menduga buku Memangkas Birokrasi ini tak lebih dari upaya mengkultuskan sosok Aidir Amin Daud, tapi ia salah menduga buku ini nyatanya berisi pemikiran, gagasan dan langkah nyata seorang birokrat yang mampu membuat terobosan dan hasilnya bisa dilihat. Bupati Bantaeng ini menilai, kehadiran Aidir di kalangan birokrat di Kementerian Hukum dan HAM telah memberi warna tersendiri. Cara dan sikap Aidir dalam menyelesaikan masalah itu adalah sebuah contoh reformasi birokrasi yang melahirkan akuntabilitas dan transparansi. Banyak cerita dalam buku ini meski tak sepenuhnya ia baca dan buku ini setidaknya menjadi pelajaran penting bagi para birokrat di level bawah. Meski mengapresiasi berbagai gebrakan Aidir saat menjadi orang penting di kementerian, Ilham Azikin berharap agar Aidir bisa melakukan reformasi kultural birokrasi. Menurutnya Aidir sukses melakukan reformasi struktural tapi apakah beliau mampu melakukan reformasi kultural, itulah yang hendak ditanyakan ke beliau.

Prof. Dr. Syamsul Bachri, S.H., M.S., mengatakan bahwa sebagai dosen, Aidir dikenal dosen yang malas mengajar, kritiknya yang disambut tawa para peserta. Meski demikian, Prof Syamsul Bachri mengatakan hal itu dimaklumi sebab sejak tercatat sebagai dosen, Aidir langsung mengabdi ditempat lain. Aidir tidak dikenal mahasiswanya sendiri karena lebih banyak mengabdi di tempat lain. Prof. Syamsul mengakui bahwa buku Aidir ini merupakan penggambaran seorang birokrat berjiwa dosen sekaligus aktivis jurnalis, buku ini sebenarnya memberikan gambaran utuh mengenai sosok Aidir.

CEO Kabar Grup Indonesia Upi Asmaradhana mengatakan  Bedah buku ke-2 ini sendiri, diinisasi oleh para sahabat, murid dan orang-orang yang selama ini mengenal Aidir. Bedah buku ini dibuat agar masyarakat tahu sepak terjang dan inspirasinya buat generasi mendatang, bedah buku ini akan berlanjut agar pikiran baik Kak Aidir bisa disebarkan ke seluruh pelosok negeri.