Pelatihan Kepemimpinan Perempuan Berbasis Multi-keyakinan Bagi Dosen Muda Perempuan Dan Mahasiswa Perempuan Fakultas Hukum Unhas

Pelatihan Kepemimpinan Perempuan berbasis Multi-Keyakinan bagi Dosen Muda Perempuan dan Mahasiswa Perempuan Fakultas Hukum Unhas

Fakultas Hukum Unhas menyelenggarakan Training on Multifaith Women Leadership for Young Female Lecturers and Students yang berlangsung pada Sabtu-Minggu, (14-15/9) di Ruang Kuliah Kelas Internasional Fakultas Hukum Unhas. Pelatihan ini diinisiasi oleh Dekan Fakultas Hukum Unhas Prof. Dr. Farida Patittingi, S.H., M.Hum., yang merupakan salah satu pemimpin perempuan di Universitas Hasanuddin dan juga sekaligus menjadi Narasumber pada pelatihan ini. Tampil sebagai Narasumber lainnya yakni Prof. Siti Aisyah, M.A., Ph.D., yang merupakan Mantan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. 


Pelatihan ini diadakan menanggapi Isu keberagaman agama dan budaya (multi-kulturalisme) sebagai potensi timbulnya konflik. Tujuan yang ingin dicapai dengan menerapkan pelatihan ini adalah menciptakan masyarakat kampus yang harmonis dan selaras dalam keberagaman (multi-keyakinan). Pelatihan ini melibatkan dosen muda dan mahasiswa perempuan multi-agama yang terdiri atas 11 orang dosen muda perempuan dan 15 mahasiswa perempuan.


Para peserta mengikuti sesi-sesi pengembangan kapasitas (capacity building) tentang kepemimpinan perempuan. Nilai dari pelatihan ini tentang keterampilan para perempuan muda Indonesia dalam kepemimpinan yang etis dan bertujuan mendorong perubahan sosial yang progresif, serta pemeliharaan jaringan penting di antara para perempuan agar pelajaran dan hasil dari pelatihan tersebut terus berlanjut. Pelatihan ini juga memberi gambaran tentang apakah yang dimaksud dengan ‘Kepemimpinan Perempuan’ dan perubahan struktural dan sosial budaya yang dibutuhkan untuk mencapai hal itu. Mengapa kepemimpinan perempuan itu penting dalam pembangunan, tata kelola yang baik dan keadilan sosial serta bagaimana perempuan dikesampingkan dari budaya kepemimpinan yang biasanya ada. Juga terdapat sesi tentang pengetahuan dan keterampilan tentang bagaimana perempuan dapat mengubah dan memperbaiki konsep ‘kepemimpinan yang baik’.


Melalui pelatihan ini diharapkan peserta akan memperoleh perspektif tentang kepemimpinan perempuan berbasis multi-keyakinan, memahami mengapa perempuan sering termarginalkan dari arus utama kepemimpinan, memahami arti keberagaman (keyakinan dan budaya) dan bagaimana membangun kesetaraan dan mempraktekkan perlakuan yang adil kepada semua elemen masyarakat serta setelah pelatihan peserta akan membagi pengetahuannya melalui media cetak dan online untuk menjangkau audiens yang lebih luas tentang konsep kepemimpinan perempuan berbasis multi-keyakinan.


Berikut testimoni dari peserta Training on Multifaith Women Leadership for Young Female Lecturers and Students:

  1. EKA MERDEKAWATI DJAFAR, S.H., M.H.: Manfaat yang saya peroleh dari training ini adalah saya menjadi lebih percaya diri sebagai perempuan yang mampu menjadi lebih baik. Mengenai kepemimpinan yang lintas agama, saya menganggap mungkin bagus juga asalkan tidak memprofokasi agamanya untuk diikuti oleh pengikutnya atau masyarakatnya. Manfaat yang saya peroleh dari training ini adalah saya menjadi lebih percaya diri secara kapasitas dan juga sebagaiperempuan untuk menjadi lebih baik. Mengenai kepemimpinan yang lintas agama, saya menganggap mungkin bagus juga asalkan tidak memprofokasi agamanya untuk diikuti oleh pengikutnya atau masyarakatnya.
  2. Dr. HIJRAH ADHYANTI M, S.H., M.H.: Memberikan pemahaman tentang kekuatan kepemimpinan oleh perempuan, memberikan pemahaman tentang kemajemukan, baik sebagai pemimpin maupun menjadi minoritas, dan mendorong untuk mencoba maju sebagai pemimpin.
  3. Dr. IIN KARITA SAKHARINA, S.H., M.A.: Dalam pelatihan ini ada materi mengenai kepemimpinan perempuan dalam berbagai keyakinan agama, dimana sebagai pemimpin kita harus mampu bersikap terbuka dan toleransi terhadap semua anggota walaupun diantaranya ada yang berbeda keyakinan, selain itu sebagai sesama perempuan, kita harus saling mengsupport satu sama lain, begitupun jika ada diantara perempuan tersebut yang berbeda keyakinan, tetapi dinilai mampu untuk memimpin maka kita harus tetap memberikan dukungan.
  4. Dr. MASKAWATI, S.H., M.H.: Sangat bermanfaat dan memberikan pengetahuan dan pemahaman yang sangat luar biasa terutama masalah kepemimpinan perempuan dan kepemimpinan yang lintas agama. Training membuka mengset/cara berpikir yang memberikan peluang kepada perempuan agar bisa membuka diri dan membuka peluang yang ada, karena kepemimpinan itu ada dan peluang itu besar ada pada perempuan karena adanya skill yang dimiliki perempuang yang sangat luar biasa. Sosok pemimpin perempuan adalah peluang yang sangat luar biasa dan bertanggung jawab pada dirinya dan orang lain. Jiwa kepemimpinan perempuan itu ada hanya saja kesempatan kadang peluang itu tidak digunakan.
  5. FADILLAH JAMILA, S.H., LL.M.: Lebih membuka wawasan dan menambah pengetahuan.
  6. MUTIAH WENDA JUNIAR, S.H., LL.M.: Pelatihan ini telah memberikan pandangan-pandangan mengenai pentingnya perempuan menjadi pemimpin serta potensi-potensi yang dimiliki perempuan yang ternyata dapat dikategorikan sebai pemimpin yang ideal. Pematerinya juga sangat inspiratif dan relevant dengan isu-isu yang dialami perempuan ketika menjadi pemimpin.
  7. ARINI NUR ANNISA, S.H., M.H.: Ya, karena dengan training kita dapat membuka fikiran dan berkomitmen bahwa menjadi seorang pemimpin wanita itu menjadi keniscayaan dengan petimbangan adanya karakteristik (karisma) perempuan atau pemimpin dengan memerhatikan nilai feminitas nilai kepekaan, 2 nilai branded (personalitas).
  8. Dr. AULIA RIFAI, S.H., M.H.: Perempuan dengan segala permasalahannya “misi: budaya patriaki, keluarga, lingkungan” ternyata menujukkan kekuatannya, bagaimana mengatur “kelemahan” tersebut menjadi kekuatan. Keberagaman agama tidak menjadi masalah seharusnya dapat berjalan harmonis.
  9. Dr. ANDI SYAHWIAH AS, S.H., M.H.: Training sangat bermafaat bagi saya, karena selain memberikan pengetahuan baru, sekaligus memberikan keyakinan akan arti penting posisi dan peluang perempuan untuk memimpin.
  10. Dr. MARWAH, S.H., M.H.: Pemikiran setiap orang harus terbuka dalam memberi kesempatan untuk menjadi pemimpin tanpa membedakan agama, suku, dan ras. Seorang perempuan mempunyai peluang yang sama dengan laki-laki karena pencapaian tujuan suatu organisasi dijalankan dengan suatu sistem bukan fisik semata.
  11. ARIANI ARIFIN, S.H., M.H.: Training ini memberikan manfaat atas pengetahuan serta pemahaman mengenai perempuan karena dalam training ini banyak dipaparkan atau dijelaskan mengenai kekuatan besar yang dimiliki oleh perempuan sehingga sangat berpotensi untuk menjadi pemimpin. Termasuk juga mengenai tantangan-tantangan yang harus bisa diselesaikan oleh perempuan, apalagi dengan multi peran yang dimilikinya.
  12. JELITA SEPTIANI APRISAL: Pemimpin dari kalangan perempuan dianggap lebih bisa menyeimbangkan antara personal dan profesi kita, lebih peka terhadap permasalahan sosial, cenderung terbuka, tekun mendengar, hati-hati mengambil keputusan, mengklarifikasi apapun pendapat anggota lalu menampungnya, dan mampu memotivasi rekan kerjanya. Perempuan terlatih juga mampu melakukan segala hal sebab sebab dibekali rasa kepercayaan dari yang tinggi dan pemikiran kritis dalam mengambil solusi terhadap permasalahan.
  13. MULIANA M: Ya, karena dalam training ini, kita diberikan materi yang berhasil membuka cakrawala berpikir kita, yang selama ini, saya secara pribadi masih mempertanyakannya. Bahwa ternyata hakekat awalnya saya beranggapan bahwa seorang perempuan menjadi seorang pemimpin itu tidak tepat karena tugasnya itu akan bermuara pada dapur, kasur, dan sumur. Ternyata hal tersebut tidaklah benar adanya. Keberadaan perempuan tidaklah sesempit itu, perempuan juga mampu menjadi seorang pemimpin. Adapun terkadang perihal “agama” yang menjadi dalil untuk melarang perempuan menjadi pemimpin adalah tidak tepat, kita perlu melihat dari banyak aspek bahwa saat ini kesempatan perempuan untuk menjadi seorang pemimpin semakin terbuka, tugas kita sekarang adalah mempersiapkan diri dengan baik untuk menjadi calon pemimpin yang baik.
  14. MEILIVIA THEVANI: Pada training ini, memberikan saya pandangan yang lebih luas lagi dalam kepemimpinan perempuan cara-cara untuk menjadi seorang pemimpin.
  15. JIHAN SALSABILA: Dikarenakan ada beberapa insight baru didalam atau selama training ini.
  16. RIZQA ANANDA HANASI: Training ini sangat bemanfaat bagi saya karena banyak sekali insight yang saya dapatkan terkait bagaimana perempuan menjadi pemimpin dan bererilaku inklusif bagi lingkungannya. Training ini sangat bagus karena menyuarakan kekhawatiran-kekhawatiran saya melihat fenomena diluar sana ketika perempuan masih belum maksimal dalam mengakses hak, mendapatkan diskriminasi di ruang publik, bahkan sampai pada pelecehan. Pemilihan peserta training yang berasal dari latar belakang agama atau kepercayaan menurut saya sangat tepat karena kedudukan perempuan dalam setiap agama atau kepercayaan sering kali di tafsirkan berbeda sehingga membatasi diri perempuan itu. Bahkan karena latar belakang kebudayaan sering kali membuat perempuan tidak menyadari value-nya sebagai pilar pembangunan bangsa.
  17. RUKMINI R: Selama ini saya sangat terpuruk dengan pandangan orang-orang terdekat saya tentang ketetapan seorang wanita (yang menurut saya sangat tidak perlu dan hanya dibuat-buat untuk menajdikan kita sbeagai opsi kedua bahkan keseharian). Apalagi saya berasal dari komunitas Hindu Tolotang yang tradisinya masih amat kental (dalam komunitas saya pendidikan tinggi bagi anak perempuan masih sangat tabu). Dengan adanya kegiatan ini, saya jadi lebih bersemnagat untuk meretas tradisi yang sifatnya mengekang wanita.
  18. NURUL ZASHKIA: Karena melalui training ini saya memahami cara-cara untuk menyikapi atau cara bekerjasasma dengan pimpinan atau bawahan yang lintas agama dengan meningkatkan sifat toleransi. Sebab perbedaan bukanlah kendala justru menjadi cinta jika kita mampu menyikapi dengan jiwa. Seperti yang disampaikan oleh Ir. Soekarno bahwa kebangsaan Indonesia tidak berbentuk secara alami atas dasar ras atau agama yang sama tetapi kebangsaan Indonesia terbentuk dari sejarah, rasa sepenanggungan yang sama untuk mencapai kemerdekaan yang sebenarnya. Oleh karena itu yang terpenting adalah nation building.
  19. NORAIN BUMBUNGAN: Awalnya saya merasa bahwa diri saya masih belum pantas dalam menjadi seorang pemimpin, namun training ini memberikan motivasi bahwa setiap pemimpin memiliki ciri khas dan style nya masing-masing dalam memimpin sehingga saya tidak perlu minder pada kemampuan saya. Melalui training inipun saya mengerti bahwa pemimpin yang hebat adalah pemimpin yang mampu menyatukan keberagaman yang ada sebagai tonggak dalam mencapai tujuan bersama. Sehingga perbedaan keyajinan yang ada bukanlah penghalang melainkan perekat dalam suatu kelompok.
  20. SYAWIRAH M: Training ini sangat bermanfaat bagi saya dan membuka mind set atau pola pikir mnegnai kepemimpinan perempuan yang berbasis multi agama. Awalnya saya memang sangat menyetujui kepemimpinan berbasis multiagama antara pemimpin perempuan dan laki-laki, tetapi setelah menerima materi justru saya mendapati banyak sekali alasan yang sangat menarik, mengapa pemimpin peramepuan berbasis lintas agama harus digaungkan mulai dari sekarang agar para perempuan semakin sadar akan potensi diri yang meliki masing-masing. Membandingkan peran wanita dan laki-laki dalam memimpin membuat saya percaya bahwa kemampuan perempuan tidak bisa diragukan.
  21. MARCELINA SUTANTO: Training ini telah membuka pemahaman saya, bahwa memimpin tidak hanya dalam skala yang besar saja tetapi dimulai dari hal-hal kecil sekalipun, serta memberi pemahaman bahwa perempuan sebenarnya mampu memimpin dan memiliki jiwa kepemimpinan yang sebenarnya lebih baik daripada laki-laki. Training ini juga mmebuka pandangan bahwa pemimpin yang beda agama itu tidak menjadi masalah asal mampu bertanggungjawab dan jujur.
  22. FADYA INDIRA ALFATIH: Ya, training ini sangat memberikan manfaat bagi saya. Training ini telah mengubah pola pikir saya sebagai perempuan dan bagaimana seharusnya perempuan bertindak sebagai pemimpin dalam keberagaman. Training ini membuat saya menjadi optimis dalam menjalani keseharian, dan menggapai impian. Saya semakin yakin bahwa kita, perempuan pantas menjadi pemimpin.
  23. RISMAYANTI: Dalam ajaran Islam memandang manusia adalah sama tanpa harus membedakan ini dalam hal kasta (suku, ras dan lain-lain) yang membedakan perempuan dan laki-laki hanyalah tingkatan keimanan dan ketakwaannya. Dalam training ini juga menambah wawasan saya menegnai tipe pemimpin wanita adalah pemimpin yang dianggap efektif memimpin karena bisa melihat seluruh kondisi. Training ini juga memotivasi saya agar bisa mengubah pandangan atau stigma negatif masayrakat yang sellau menganggap bahwa perempuan tidak mampu menjadi pemimpin.
  24. DESAK PUTU AYUNDA PUTRI: Karena setiap perempuan berhak menjadi perempuan tanpa syarat salah satu agama. Perempuan dan laki-laki berbeda jenis kelamin namun memiliki kesempatan untuk mengeksplore dirinya untuk kemajuan diri (tindakan dan fikiran) perempuan berhak berekumpul saling berbagi pendapat dengan siapa saja. Maka dari itu perempuan harus memilki jati diri dan komitmen yang jelas untuk kemajuan dirinya.
  25. RIFDA APRILIA R: Training ini sangat bermanfaat dan mengubah cara pandang saya serta mengakhiri kekhawatiran saya akan perspektif perempuan sebagai pemimpin. Training ini juga mendorong untuk merawat toleransi di negara yang alhir dari keberagaman ini. Saya sangat bersyukur dapat mengikuti training ini karena mengubah cara pandang saya dan dapat memperoleh ilmu yang sangat bermanfaat serta memotivasi saya untuk terus mengukir preatasi, menjadi perempuan yang dapat memimpin denganbaik serta menjadi sosok yang inovatif dan membawa perubahan bagi masyarakat.
  26. SALLY OLIVIA N: Training ini memberikan manfaat atas pengetahuan serta pemahaman mengenai perempuan dan kepemimpinan yang lintas agama bagi saya karena saya menajdi faham bahwa perempuan dapat menjadi pemimpin, dan memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan dengan laki-laki. Selain itu, training ini juga memberikan pemahaman kepada saya untuk bersifat inklusif dan dapat menerima perbedaan. Sleain itu, penafsiran dalam agama yang melarang perempuan menajdi pemimpin hanyalah konspirasi dari para penganut budaya patriarki.