Dosen muda Fakultas Hukum Unhas mendapat kesempatan berharga untuk berdiskusi langsung dengan Prof. Dr. H. Nadirsyah Hosen, LL.M., M.A. (Hons), Ph.D. terkait kiat-kiat studi di University of Melbourne, Australia. Kegiatan diskusi yang digelar di Ruang Video Conference FH Unhas pada Senin (23/9) dengan bertajuk “Sharing Session: Study in Melbourne University” ini berjalan dengan santai, tetapi sarat wawasan mengenai peluang studi lanjut di salah satu universitas ternama di Negeri Kanguru itu. Diskusi ini dipandu oleh Wakil Dekan Bidang Kemitraan, Riset, Inovasi dan Alumni FH Unhas Dr. Ratnawati, S.H., M.H.
Prof. Nadirsyah membeberkan berbagai peluang dan tantangan ke jenjang S3 maupun Postdoctoral. Tantangan studi di Australia makin meningkat buntut adanya rancangan kebijakan yang hendak membatasi jumlah mahasiswa internasional. Selain itu, biaya visa diprediksi akan mengalami kenaikan. Ia pun menyoroti syarat kemahiran Bahasa Inggris yang kian kompetitif, di mana University of Melbourne mensyaratkan mahasiswa internasional untuk memiliki skor 7.5 pada tes International English Language Testing System (IELTS). Betapa pun, Prof. Nadirsyah tetap menekankan agar optimisme dosen muda FH Unhas tidak surut. Utamanya, ia menekankan pentingnya persiapan matang bagi calon pendaftar studi di Negeri Kanguru. Prof. Nadirsyah memperingatkan agar pendaftar melakukan riset pendahuluan, baik berkenaan aspek non-akademik maupun akademik.
Berkenaan faktor non-akademik, Prof. Nadirsyah memaparkan pentingnya ‘riset’ atas biaya hidup, cuaca, jaringan komunitas, hingga kesempatan bekerja. Ragam variabel tersebut sangat mempengaruhi perjalanan studi. Untuk aspek akademik, pendaftar mesti melakukan ‘pendekatan’ kepada calon supervisor untuk memperoleh kesediaannya membimbing. Hal-hal detail seperti teks pos-el mesti dirangkai dengan baik dan semenarik mungkin. Prof. Nadirsyah mengatakan, calon pendaftar perlu menunjukkan kualitas akademik yang bisa memikat supervisor, seperti dengan terlebih dahulu membaca publikasinya, memberi komentar konstruktif, dan mengunjuk diri untuk mengembangkan atau meneliti topik yang relevan. Proposal disertasi menjadi kunci prospek studi. Prof. Nadirsyah menyatakan, proposal harus siap dan mengindikasikan kontribusi yang signifikan dan orisinal. Ia menekankan, hanya dengan literatur reviu yang komprehensif calon pendaftar dapat menemukan kesenjangan (gap) yang jelas dalam bidang akademik yang hendak ia teliti. Topik boleh sama, pendekatan berbeda, itu juga gap yang kita bisa isi, ungkapnya.
Terakhir, Prof. Nadirsyah memaparkan tentang program Postdoctoral. Ia menyampaikan, tidak semua kampus mengadakan program tersebut. Namun bagi yang berminat, ia perlu memastikan kesiapan mental untuk kembali melakukan penelitian. Kendati tidak terdapat ujian akhir, program Postdoctoral dapat menjadi kesempatan publikasi dan jaringan.